Saturday, April 11, 2015

ijabisyiah

Ada tujuh belas doktrin Syi’ah yang selalu mereka
sembunyikan dari kaum Muslimin sebagai langkah
taqiyyah (menyembunyikan Syi’ahnya) sebagai
berikut.
1. Dunia dengan seluruh isinya adalah milik
para imam Syi’ah. Mereka akan memberikan
dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan
mencabutnya dari siapa yang
dikehendakinya (al-Kulainî, Ushûlul Kâfi, hlm.
259, cet. India) .
Jelas doktrin semacam ini bertentangan
dengan firman Allah Subhânahu wata’âlâ ,
surat al-A’râf [7]: 128: “Sesungguhnya bumi
ini semua milik Allah, dan diwariskan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki di antara
hamba-hamba-Nya.” Kepercayaan Syi’ah di
atas menunjukkan penyetaraan kekuasaan
para imam dengan Allah dan doktrin ini
merupakan akidah syirik.
2. ‘Ali bin Abî Thâlib yang diklaim sebagai imam
Syi’ah yang pertama dinyatakan sebagai
dzat yang pertama dan terakhir, yang zhahir
dan yang batin sebagaimana termaktub
dalam surat al-H adîd [57]: 3: “ Allah lah yang
ada sebelum yang lain ada, yang tetap kekal
setelah yang lain musnah, yang tampak
ciptaan-Nya, dan yang tidak tampak Dzat-
Nya.” (Rijâlul Kashi hlm. 138).
Doktrin semacam ini jelas merupakan
kekafiran Syi’ah yang berdusta atas nama
Khalifah ‘Ali bin Abî Thâlib. Dengan doktrin
semacam ini Syi’ah menempatkan ‘Ali
sebagai Tuhan. Dan hal ini sudah pasti
merupakan tipu daya Syi’ah terhadap kaum
Muslimin dan kesucian akidahnya.
3. Para imam Syi’ah merupakan wajah Allah,
mata Allah, dan tangan-tangan Allah yang
membawa rahmat bagi para hamba Allah
(Ushûlul Kâfi hlm. 83).
4. Amirul Mukminin ‘Ali bin Abî Thâlib oleh
Syi’ah dikatakan menjadi wakil Allah dalam
menentukan surga dan neraka, memperoleh
sesuatu yang tidak diperoleh oleh manusia
sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang
buruk, mengetahui segala sesuatu secara
rinci yang pernah terjadi dahulu maupun
yang gaib ( Ushûlul Kâfi hlm. 84).
5. Keinginan para imam Syi’ah adalah keinginan
Allah juga ( Ushûlul Kâfi hlm. 278).
6. Para imam Syi’ah mengetahui kapan datang
ajalnya dan mereka sendiri yang
menentukan saat kematiannya karena bila
imam tidak mengetahui hal-hal semacam itu,
maka tentu ia tidak berhak menjadi imam
(Ushûlul Kâfi hlm. 158).
7. Para imam mengetahui apa pun yang
tersembunyi dan dapat mengetahui dan
menjawab apa saja bila kita bertanya kepada
mereka karena mereka mengetahui hal gaib
sebagaimana yang Allah ketahui (Ushûlul
Kâfi hlm. 193).
8. Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui
sesuatu bila sudah terjadi. Akan tetapi, para
imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu
hal yang belum terjadi (Ushûlul Kâfi hlm. 40).
Menurut al-Kulainî, Allah tidak mengetahui
bahwa Husein bin ‘Ali akan mati terbunuh.
Menurut mereka Tuhan pada mulanya tidak
tahu, karena itu Tuhan membuat ketetapan
baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan
tetapi, imam Syi’ah telah mengetahui apa
yang akan terjadi. Oleh sebab itu, menurut
doktrin Syi’ah, Allah bersifat bada’ (Ushûlul
Kâfi hlm. 232).
9. Para imam Syi’ah merupakan gudang ilmu
Allah dan juga penerjemah ilmu Allah. Para
imam bersifat maksum (bersih dari
kesalahan dan tidak pernah lupa apalagi
berbuat dosa). Allah menyuruh manusia
untuk menaati imam Syi’ah, tidak boleh
mengingkarinya, dan mereka menjadi hujjah
(argumentasi kebenaran) Allah atas langit
dan bumi (Ushûlul Kâfi hlm. 165).
10. Para imam Syi’ah sama dengan Rasulullah
Shallallâhu ‘alayhi wasallam (Ibid).
11. Yang dimaksud para imam Syi’ah adalah ‘Ali
bin Abî Thâlib, Husein bin ‘Ali, Hasan bin ‘Ali,
dan Muhammad bin ‘Ali ( Ushûlul Kâfi hlm.
109).
12. Al-Qur’an yang ada sekarang telah berubah,
dikurangi, dan ditambah (Ushûlul Kâfi hlm.
670). Salah satu contoh ayat al-Qur’an yang
dikurangi dari aslinya yaitu ayat al-Qur’an
an-Nisâ’ [4]: 47, menurut versi Syi’ah
berbunyi: “Yâ ayyuhalladzîna ûwtul kitâba
âminû bimâ nazzalnâ fî ‘Aliyyin
nûranmubînan“. ( Fashlul Khithâb , hlm. 180)
13. Menurut Syi’ah, al-Qur’an yang dibawa Jibril
kepada Nabi Muhammad ada 17 ribu ayat,
namun yang tersisa sekarang hanya 6660
ayat ( Ushûlul Kâfi hlm. 671)
14. Menyatakan bahwa Abû Bakar, ‘Umar,
Utsman bin Affan, Muâwiyah, ‘Aisyah,
Hafshah, Hindûn, dan Ummul Hakâm adalah
makhluk yang paling jelek di muka bumi;
mereka ini adalah musuh-musuh Allah.
Barangsiapa yang tidak memusuhi mereka,
maka tidaklah sempurna imannya kepada
Allah, Rasul-Nya, dan imam-imam Syi’ah
(Haqqul Yâqîn hlm. 519 oleh Muhammad
Baqîr al-Majlisî).
15. Menghalalkan nikah mut’ah, bahkan menurut
doktrin Syi’ah orang yang melakukan kawin
mut’ah empat kali derajatnya sama tingginya
dengan Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alayhi
wasallam (Tafsîr Minhajush Shâdiqîn hlm.
356, oleh Mullah Fathullah Kasanî).
16. Menghalalkan tukar-menukar budak
perempuan untuk disetubuhi kepada sesama
temannya. Kata mereka, Imam Ja’far berkata
kepada temannya, “Wahai Muhammad,
kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika
engkau sudah tidak suka kembalikan lagi
kepadaku” (Al-Istibshar III hlm. 136 oleh Abû
Ja’far Muhammad Hasan ath-Thûsî).
17. Rasulullah dan para shahabat akan
dibangkitkan sebelum hari kiamat. Imam
Mahdi, sebelum hari kiamat, akan datang dan
dia membongkar kuburan Abû Bakar dan
‘Umar yang ada di dekat kuburan Rasulullah.
Setelah dihidupkan, kedua orang ini akan
disalib. (Haqqul Yaqîn hlm. 360 oleh Mulla
Muhammad Baqîr al-Majlisî).
Ketujuh belas doktrin Syi’ah di atas, apakah dapat
dianggap sebagai aqidah Islam sebagaimana
dibawa oleh Rasulullah Shallallâhu ‘alayhi wasallam
dan dipegang teguh oleh para shahabat serta
kaum Muslimim yang hidup sejak zaman tabi’in
hingga sekarang? Adakah orang masih percaya
bahwa Syi’ah itu bagian dari umat Islam? Menurut
Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang
tidak mengafirkan akidah Syi’ah ini, maka dia
termasuk kafir.
Kitab-kitab tersebut di atas adalah kitab-kitab
induk atau rujukan pokok kaum Syi’ah yang
posisinya seperti halnya kitab-kitab Hadis Imam
Bukhârî, Muslim, Ah mad bin Hambal, Nasâ’i,
Tirmidzî, Abû Dawud, dan Ibnu Majah bagi kaum
Muslimin. Oleh karena itu, dengan tegas harus
ditolak upaya-upaya untuk menanamkan kesan
bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum Muslimin,
hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak
prinsip.
Syi’ah Zaidiyah sebagai golongan Syi’ah yang
dekat dengan Ahlus-Sunnah sebenarnya tidak ada.
Karena Zaid bin Zainul Abidin bin Husain di masa
hidupnya menolak dijadikan Imam oleh golongan
Syi’ah. Maka doktrin Syi’ah Zaidiyah yang diatas
namakan Zaid bin Zainul Abidin bin Husain adalah
doktrin dusta. ( Naasikhut-Tawaarih juz 2 hal 590,
oleh Mirza Taqii Khan)